Sesungguhnya diantara sebab utama kelemahan kaum muslimin dewasa ini
adalah karena mereka tidak memahami hakikat keimanan kepada para Rosul.
Oleh karena sebab seperti ini pulalah umat-umat terdahulu dibinasakan
oleh Alloh. Lihatlah sikap dan perilaku umat Islam yang sehari-harinya
penuh dengan kemaksiatan; aurat diumbar, sholat ditinggalkan, sabda Nabi
disepelekan dan lain sebagainya. Bahkan ada diantara kaum muslimin yang
lebih merasa mantap kalau mengambil pendapat tokoh-tokoh barat daripada
mengambil perkataan emas para sahabat, yang notabene adalah juru bicara
Rosul shollallohu ‘alaihi wa sallam, inikah yang disebut sebagai
kemajuan?! Oleh karena itulah kita perlu menyegarkan kembali pemahaman
kita tentang iman kepada para Rosul. Alloh Ta’ala berfirman, “Berilah
peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman.” (Adz Dzariyaat :55).
- Semua berita Rosul adalah kebenaran
Seorang utusan bertugas untuk menyampaikan amanat yang diberikan oleh
pihak yang mengutus dirinya. Maka mendustakan apa yang disampaikannya
berarti mendustakan pengutusnya. Alloh telah mengutus para Rosul untuk
dibenarkan beritanya bukan untuk didustakan. Demikian pula berita yang
dibawa Nabi dan Rosul terakhir; Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam
semuanya adalah kebenaran. ”Dan Dia (Muhammad) tidaklah berbicara dari
hawa nafsunya, akan tetapi itu adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”
(An Najm: 3-4). Maka setiap hadits yang telah dinyatakan keabsahannya
oleh ahli hadits harus kita yakini kebenarannya walaupun akal kita belum
bisa menjangkaunya. Lihatlah bagaimana ketegaran Abu Bakar Ash Shiddiq
ketika banyak orang-orang Quroisy di masa itu mendustakan berita naiknya
Nabi ke langit dalam peristiwa isro’ dan mi’roj dan mereka pun
mengolok-olok Nabi karenanya. Apa kata Abu Bakar? Beliau mengatakan,
“Kalau benar Muhammad yang mengatakannya maka lebih dari itupun aku
mempercayainya!”
- Mendustakan seorang Rosul sama dengan mendustakan seluruh Rosul
Orang yang mendustakan seorang Rosul sama artinya mendustakan Rosul
yang lainnya. Alloh berfirman, “Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para
Rosul” (Asy Syu’aroo’ 105). Syaikh Al Utsaimin rohimahulloh berkata,
“Alloh menilai tindakan kaum Nuh sebagai pendustaan kepada seluruh Rosul
padahal ketika itu belum ada seorang Rosulpun selain Nabi Nuh.
Berdasarkan hal ini maka orang-orang Nasrani yang mendustakan Nabi
Muhammad dan tidak mau mengikutinya sebenarnya mereka juga telah
mendustakan Al Masih bin Maryam (Nabi Isa) dan tidak mengikuti
ajarannya…” (Syaroh Tsalatsatil Ushul, Syaikh Al Utsaimin).
- Tidak semua nama Rosul diberitahukan
Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Sungguh Kami telah mengutus
para Rosul sebelum engkau (Muhammad), diantara mereka ada yang Kami
kisahkan kepadamu dan adapula yang tidak Kami kisahkan kepadamu.”
(Mu’min 78). Kalau para Rosul yang sudah kita ketahui namanya maka kita
harus mengimaninya dengan nama tersebut, lalu bagaimana kita mengimani
Rosul yang tidak kita ketahui namanya?. Syaikh Al Utsaimin menjelaskan,
“Adapun Rosul yang tidak kita ketahui namanya maka kita beriman
kepadanya secara global.” (Syaroh Tsalatsatil Ushul, Syaikh Al
Utsaimin). Maksudnya yaitu kita mengimani bahwa Alloh benar-benar telah
mengutus mereka meskipun tidak kita ketahui namanya.
- Untuk apa para Rosul diutus?
Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Sungguh Kami telah mengutus
kepada setiap umat seorang Rosul (yang mengajak) Sembahlah Alloh dan
jauhilah thoghut.” (An Nahl: 36). Para Rosul adalah makhluk Alloh yang
berwujud manusia bukan malaikat. Mereka diutus untuk mengajari manusia
tentang tujuan hidup mereka yaitu menyembah kepada Alloh Ta’ala saja.
Mereka membawa berita gembira bagi siapa saja yang mau taat dan mereka
membawa ancaman siksa bagi siapa saja yang bermaksiat. Rosul adalah
hamba sebagaimana kita maka tidak boleh menunjukan ibadah kepadanya.
Syaikh Muhammad At Tamimi memberikan sebuah kaidah yang masyhur yang
patut kita ingat tentang diri Nabi; ‘Abdun falaa yu’bad Rosuulun falaa
yukadzdzab bahwa Muhammad adalah hamba maka tidak boleh diibadahi dan
beliau adalah Rosul (utusan) sehingga tidak boleh didustakan.
- Wajib menaati perintah Rosul
Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Hendaklah orang-orang yang
menyelisihi perintahnya (Rosululloh) merasa khawatir akan ditimpakan
fitnah (bencana) kepada mereka atau adzab yang pedih akan menimpa
mereka.” (An Nuur : 63). Kalaulah menyelisihi perintah Rosul itu tidak
mengapa tentunya Alloh tidak akan mengancam mereka dengan ditimpakannya
fitnah atau adzab yang pedih. Berdasarkan ayat ini pula bisa diambil
kaidah ushul, ‘hukum asal perintah adalah wajib’. Lagipula kalau kita
mau merenungkan, sebetulnya ketaatan kita kepada Rosul itulah yang akan
menyelamatkan kita dari siksa. Orang yang menaati Rosul itu sama artinya
telah menaati Alloh. “Barangsiapa yang menaati Rosul sesungguhnya dia
telah menaati Alloh”. (An Nisa’: 80). Sehingga orang yang mendurhakai
perintah Rosul berarti juga telah mendurhakai Alloh. Siapakah orang yang
berani-berani mendurhakai Alloh yang Menguasai seluruh alam dan Maha
pedih siksanya.
- Ancaman bagi para penentang Rosul
Alloh Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang menentang Rosul setelah
jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalannya selain orang mu’min
maka Kami biarkan dia dalam kesesatannya dan Kami akan masukkan dia ke
dalam neraka Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah
seburuk-buruk tempat kembali”. (An Nisa’: 115). Syaikh As Sa’di berkata
dalam kita tafsirnya, ketika menjelaskan firman Alloh “Kami biarkan dia
dalam kesesatannya” : yakni Kami tinggalkan dia menempuh apa yang
dipilihnya bagi dirinya sendiri. Kami hinakan dia dan tidak memberinya
taufik menuju kebaikan karena dia telah melihat dan mengerti kebenaran
namun justru meninggalkannya.
- Buah keimanan kepada Rosul
Syaikh Al Utsaimin rohimahulloh menyebutkan manfaat apa yang bisa
kita petik dari keimanan yang benar terhadap para Rosul, yaitu: Pertama,
mengetahui betapa kasih sayang dan perhatiannya Alloh Ta’ala terhadap
hamba-hamba-Nya dimana Dia telah mengutus para Rosul kepada mereka dalam
rangka membimbing mereka kepada jalan Alloh yang lurus, dan supaya
mereka menjelaskan bagaimana seharusnya cara beribadah kepada Alloh
dikarenakan akal semata tidak bisa menjangkau hal itu. Kedua, bersyukur
kepada Alloh atas nikmat yang sangat besar ini. Ketiga, tumbuhnya
kecintaan dan penghormatan kepada para Rosul ‘alaihimush sholatu was
salam serta memuji mereka dengan sepantasnya karena mereka adalah utusan
Alloh yang senantiasa menegakkan ibadah kepada-Nya, menyampaikan
risalah-Nya serta memberikan nasehat kepada para hamba. (Syaroh
Tsalatsatil Ushul, Syaikh Al Utsaimin). Maka sudah seharusnya kita
bersemangat untuk bangkit dan meniti jalan para Rosul beserta para
pengikutnya yang setia. Semoga Alloh memudahkan perjalanan kita menuju
surga-Nya. Wallohul musta’aan. [Abu Mushlih].
————————————–
Disadur dari
Buletin Jumat At-Tauhid,