Bila kita memperhatikan keadaan ummat
Islam sekarang ini, terutama di Indonesia, sungguh sangat
memprihatinkan. Bagaimana tidak, kondisi ummat saat ini bisa dibilang
jauh dari sentuhan ilmu agama. Mereka banyak yang mengaku beragama
Islam, namun perilaku mereka sama sekali tidak mencerminkan ajaran
Islam, atau dengan kata lain tidak Islami. Parahnya ada juga orang yang
awam soal agama tetapi sok pintar, sok tahu soal perkara agama.
Misalnya, ada oknum yang berkoar-koar menolak atau menerima sesuatu yang
berkaitan dengan masalah agama, padahal ketika ditanyai tentang rukun
sholat dan wudhu – yang termasuk ilmu dasar agama Islam yang wajib
diketahui sebelum yang lainnya – dia tidak bisa menjawab! Apa tidak
lancang orang yang seperti ini?! Yang lebih parahnya lagi, pendapat
orang-orang seperti ini di-ekspos di media, sehingga terjadilah polemik
di masyarakat! Yang proporsional seyogyanya perkara agama ya diserahkan
kepada yang paham agama, bukan sembarangan ditanyakan kepada orang di
pinggir jalan. Sebab orang yang tidak paham agama, bisa jadi dia bukan
muslim, meskipun dia mengaku beragama Islam, sebab perilaku yang salah
bisa membatalkan keislaman
seseorang. Kalau status keislaman seseorang sudah batal, otomatis
kafirlah dia. Masak perkara agama Islam ditanyakan kepada orang
non-muslim, bukankah ini aneh??
Bukti lain dari jauhnya ummat dari
sentuhan ilmu agama ini adalah banyaknya aliran yang mengatasnamakan
Islam, namun ajarannya jauh dari Islam, bahkan cenderung sesat dan
menyesatkan. Yang lebih mengherankan, aliran-aliran seperti ini ada saja
pengikutnya! Bahkan jumlah pengikutnya tidak hanya puluhan, tetapi ada
yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan orang. Terlepas dari hal ini memang
sudah qodarulloh (takdir dari Alloh), fenomena apakah ini?! Apakah ini
karena kurang tersebarnya ilmu agama Islam di masyarakat? Kalau ini
benar, muncul pertanyaan baru: Ke mana para da’i selama ini? Dilihat
secara kuantitas, kelihatannya jumlah da’i tidak sedikit. Lihat saja di
media-media massa, banyak da’i yang mengisi kolom-kolom artikel di
surat-surat kabar harian. Apa kualitasnya yang kurang diperhatikan, atau
materinya kurang mengena? Entahlah. Ini bisa jadi bahan renungan untuk
para da’i.
Itulah sebabnya di sini saya ingin
membantu tugas da’i – meskipun saya masih jauh untuk bisa disebut da’i –
untuk mengingatkan ummat bahwa aliran sesat itu benar-benar ada dan
agar ummat menjadi waspada terhadap aliran-aliran yang berkembang. Di
sini tidak akan disebutkan nama dari aliran-aliran sesat tersebut. Saya
serahkan sepenuhnya kepada pembaca untuk menilainya. Di sini saya
berikan artikel yang membantu pembaca untuk menilai suatu aliran
termasuk sesat atau tidak. Artikel ini saya sadur dari situs Buletin
At-Tauhid. Pembahasan artikel ini termasuk lengkap dan komprehensif,
sebab terdapat pembahasan latar belakang, ciri-ciri aliran sesat, dan
memberikan solusi ataupun tips bagaimana menghindari aliran-aliran
semacam ini. Selamat membaca.
—————————————
Sungguh Alloh Ta’ala Maha
Bijaksana, telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada
hitam, juga ada putih. Ada manis ada juga pahit. Ada terang dan ada
gelap. Ada kebaikan, maka ada pula keburukan. Nah, maka jika ada jalan
kebenaran, di sana pun ada jalan kesesatan.
Entah mengapa sebagian orang alergi
dengan kata ‘sesat’ dan tidak mau membahasnya. Seakan-akan bagi mereka
segala sesuatu itu benar dan tidak ada yang salah. Padahal Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam sendiri
seringkali mengisyaratkan adanya kesesatan dalam beragama dan
senantiasa memperingatkan ummat agar menjauhinya. Diriwayatkan dari
sahabat Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu, ia berkata: “Rosululloh
shollallohu ’alaihi wa sallam pernah membuat garis dengan tangannya,
lalu bersabda: ‘Ini jalan yang lurus’. Kemudian, beliau membuat beberapa
garis di kanan-kirinya, lalu bersabda: ‘Ini semua adalah jalan-jalan yang sesat, pada masing-masing jalan ini ada setan-setan yang mengajak untuk masuk ke sana’ ” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan Ad Darimi. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Lalu apa pentingnya membahas tentang
kesesatan dalam beragama? Perhatikan sebuah syair arab nan indah, yang
dapat menjawab pertanyaan ini:
“Aku mengenal keburukan bukan untuk
berbuat keburukan. Namun aku mengenalnya agar bisa menjauhinya. Karena
orang yang tidak mengenal keburukan, biasanya akan terjerumus ke
dalamnya”.
Jalan Kesesatan Itu Banyak
Tentu pembaca telah mengetahui bahwa
sesuatu dikatakan sesat bila ia tidak berjalan pada jalan yang benar.
Sebagaimana seorang musafir dari kota A ingin menuju kota B namun karena
salah meniti jalan ia malah sampai ke kota C. Maka si musafir tersebut
kita katakan ia telah tersesat. Demikian juga dalam beragama, seseorang
dikatakan sesat dalam beragama jika ia tidak menempuh jalan atau metode
beragama yang benar sesuai Al Qur’an, hadits dan pemahaman para sahabat.
Kesesatan dalam beragama ini memiliki probabilitas yang banyak. Dengan
kata lain, bentuk, cara dan pola kesesatan dalam beragama sangat beragam
dan sangat mungkin akan terus bertambah dari zaman ke zaman.
Sebagaimana hadits yang telah lewat bahwa Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam
mengisyaratkan jalan kebenaran dengan sebuah garis dan mengisyaratkan
kesesatan dengan garis yang banyak. Seolah-olah beliau ingin
menyampaikan bahwa jalan kebenaran itu hanya 1 dan jalan kesesatan itu banyak. Al Qur’anul Karim pun menegaskan hal ini. Ketika mengabarkan tentang jalan kebenaran, Alloh Ta’ala menggunakan lafadz mufrod (tunggal), misalnya firman Alloh Ta’ala (yang artinya), “Tunjukkanlah kami shiroth (jalan) yang lurus” (QS.Al Fatihah: 6). Di sini shirothun dalam bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamaknya adalah shuruthun. Sebaliknya, ketika menyebutkan tentang jalan kesesatan Alloh Ta’ala selalu menggunakan lafadz jamak. Misalnya firman Alloh Ta’ala (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti subul (jalan-jalan) mereka (karena jalan-jalan itu) akan memecah belah kamu dari jalan Alloh.” (QS.Al An’am: 153). Subulun adalah bentuk jamak dari sabiilun. Jadi, jalan kesesatan itu banyak. Sedangkan jalan kebenaran hanyalah satu.
Ciri-ciri Aliran Sesat
Penting sekali bagi orang yang hendak
menghindari aliran sesat untuk mengetahui ciri-cirinya. Sebagaimana
telah kami sampaikan bahwa kesesatan sangat beragam dan bermacam
jumlahnya, maka tidak mungkin dalam kesempatan yang terbatas ini, kami
menyampaikan semua ciri dari kesesatan yang terjadi di masa ini. Namun
akan kami paparkan beberapa ciri-ciri dari jalan kesesatan atau aliran
sesat yang ada di tanah air kita. Alhamdulillah, sebagian ciri
dari aliran sesat yang ada di tanah air kita ini telah dikemukakan oleh
Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan ma’lumat tentang 10 ciri
aliran sesat, yaitu:
- Mengingkari rukun iman (Iman kepada Alloh, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
- Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-Quran dan As-Sunah);
- Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qur’an
- Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur’an
- Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
- Mengingkari kedudukan hadits Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam sebagai sumber ajaran Islam
- Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
- Mengingkari Nabi Muhammad shollallohu ’alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir
- Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu tidak 5 waktu
- Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan seorang muslim hanya karena bukan kelompoknya.
(Lihat website MUI http://www.mui.or.id/mui_in/hikmah.php?id=53)
Sepuluh poin yang dikemukakan oleh MUI
ini bukan tanpa dasar, bahkan dilandasi oleh banyak dalil dari Al Qur’an
dan hadits serta bersesuaian dengan prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal
Jama’ah. Namun tidak memungkinkan bagi penulis untuk membahasnya secara
rinci di sini. Selain itu, penulis juga merasa perlu untuk membahas
ciri-ciri lain dari aliran-aliran sesat yang berkembang di Indonesia, di
antaranya yaitu:
1. Memiliki amalan-amalan khusus yang tidak berdasarSebagian aliran sesat memiliki amalan-amalan tertentu yang nyeleneh. Misalnya, ada aliran sesat yang memerintahkan pengikutnya bersetubuh di depan pemimpinnya, atau aliran yang membolehkan shalat tanpa berwudhu, atau aliran yang mengharuskan pengikutnya pergi mengembara (khuruj) dalam jangka waktu tertentu. Dikatakan nyeleneh karena tidak ada dasarnya dari Al Qur’an, hadits atau contoh dari para sahabat. Padahal Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam melarang keras berbuat sesuatu dalam agama kecuali ada landasannya dari dalil. Beliau shollallohu ’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
2. Menjanjikan penebusan dosa dengan amalan tertentu tanpa dalil
Semua dosa terhapus dengan menyumbang infaq sebesar sekian juta kepada imam, atau semua dosa hangus jika ikut ‘hijrah’, atau semua dosa sirna jika berhasil mengajak sekian orang menjadi pengikut. Itulah yang dijanjikan sebagian aliran sesat. Padahal tentunya kita semua sepakat masalah pengampunan dosa adalah kuasa Alloh Ta’ala. Jadi, perkara yang dapat menghapus dosa tentunya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Alloh Ta’ala melalui Al Qur’an atau melalui lisan Nabi-Nya shollallohu ’alaihi wa sallam. Semisal puasa Asyura’, Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam bersabda, “Puasa ’Asyura’ akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 2804). Juga amal-amal kebaikan, dapat menghapuskan dosa-dosa. Sebagaimana firman Alloh Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya amal-amal kebaikan menghapuskan amal-amal keburukan” (Q.S. Huud: 114). Namun kepastian diampuni dan besarnya ampunan berpulang pada kehendak Alloh Ta’ala, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa syirik, namun Alloh mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (Q.S. An Nisa: 48)
3. Mengajak kepada semangat kekelompokkan (hizbiyyah)
Sungguh sayang sebagian ummat Islam di masa ini gemar mengajak orang untuk berkelompok-kelompok dalam agama. Kelompok-kelompok tersebut pun dijadikan tolak ukur loyal dan benci (wala wal baro’). Lebih parah lagi jika ditambahi dengan taqlid buta dengan kelompoknya. Sehingga ia mati-matian berpegang teguh pada aturan-aturan kelompok, serta membela tokoh-tokoh kelompok meskipun bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Jika demikian, mereka telah menyimpang dari jalan yang benar. Karena Alloh Ta’ala memerintahkan ummat Islam untuk bersatu di atas kebenaran. Alloh Ta’ala berfirman (yang artinya), “Berpegang teguhlah kalian pada tali Alloh, dan janganlah kalian berpecah-belah” (QS. Al Imran: 103)
4. Mengajak untuk memberontak kepada penguasa muslim
Imam Ahmad bin Hambal atau dikenal dengan Imam Hambali berkata, “(Pokok keyakinan Ahlus Sunnah menurut kami, salah satunya adalah) tidak halalnya memerangi penguasa muslim yang sah. Dan tidak halal bagi seorang pun untuk memberontak kepadanya. Orang yang memberontak dan memeranginya maka ia adalah ahli bid’ah yang telah keluar dari jalan kebenaran.” (Lihat Ushul As Sunnah). Islam mengajarkan ummatnya agar patuh kepada penguasa, presiden, raja, perdana menteri atau sejenisnya dan tidak memberontak, meskipun ia adalah penguasa yang zhalim. Selama ia seorang muslim yang mengerjakan shalat. Jika ia seorang yang zhalim, maka kewajiban rakyat adalah memberi nasehat dengan cara yang baik, bukan memberontak dan tetap taat kepadanya pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat.
Suatu ketika seorang sahabat, yaitu Salamah bin Yazid Al Ju’fiy bertanya kepada Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam,
“Bagaimana pendapat engkau jika penguasa yang memerintah kami menuntut
haknya namun tidak menunaikan hak kami, apa yang engkau perintahkan
kepada kami? Lalu Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam berpaling
darinya, kemudian Salamah bertanya lagi kedua kali atau ketiga kalinya.
Lalu Al Asy’ats bin Qais menariknya dan Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam berkata: Patuhi dan taatilah ia, karena mereka akan menanggung tanggung jawabnya dan kalian menanggung tanggung jawab kalian.” (HR. Muslim). Dalam hadits lainnya, dari Hudzaifah, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Dengarlah
dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan
mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim)
Maka aliran-aliran yang memberontak pada
pemerintah yang sah dengan mengadakan demo, gerakan bawah tanah,
menyusun pemberontakan, mencaci-maki pemerintah, ini semua telah
melanggar wasiat Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam di atas.
Tips Menghindari Aliran Sesat
Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam bersabda, “Aku
tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat
jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabulloh (Al Qur’an) dan
Sunnah (Hadits).” (HR. Al Hakim. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih
mengatakan bahwa hadits ini hasan). Dari hadits ini jelaslah bahwa cara
agar terhindar dari kesesatan adalah berpegang teguh terhadap Al Qur’an
dan Hadits Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam. Yaitu dengan mempelajarinya, lalu mengamalkannya. Abu Bakar Ash Shiddiq rodhiyallohu ‘anhu berkata, “Tidaklah aku biarkan satupun yang Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika
meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Pada hadits tersebut terdapat isyarat
pentingnya mempelajari ilmu agama, yaitu Al Qur’an dan Hadits. Karena
pada hakekatnya, orang yang terjerumus dalam kesesatan adalah orang yang
tidak paham dan tidak mengerti ilmu agama dengan baik dan benar.
Sebagaimana Alloh Ta’ala mensifati orang-orang musyrikin yang sesat sebagai orang-orang yang tidak paham: (yang artinya) “Atau
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami?
Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih
sesat jalannya dari binatang ternak itu” (QS.Al Furqan: 44)
Karena ilmu agama akan menjaga seseorang
dari kemaksiatan dan kesesatan. Semakin tinggi ilmunya, semakin tebal
perisainya terhadap kemaksiatan dan kesesatan. Sebagaimana perkataan
para ulama kita terdahulu ketika membandingkan ilmu dan harta: “Ilmu
akan menjaga pemiliknya di dunia dan di akhirat. Sementara harta tidak
dapat menjagamu. Bahkan dirimulah yang menjaga harta-hartamu di dalam
kotak dan lemari”. (Dinukil dari Kayfa Tatahammas fi Tholabil ‘Ilmi Asy Syar’i, Abul Qo’qo Alu Abdillah)
Secara ringkas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar seseorang terhindar dari pengaruh aliran sesat, antara lain:
- Mempelajari ilmu agama. Selain karena hukumnya wajib, dengan mempelajari agama seseorang akan mampu mengetahui ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Islam namun disamarkan seolah merupakan ajaran Islam. Hadirilah majelis-majelis ta’lim yang dibimbing oleh ustadz yang terpercaya. Belilah buku, majalah, VCD atau MP3 yang berisi kajian Islam ilmiah yang membahas Al Qur’an dan hadits di dalamnya. Namun berhati-hatilah terhadap majelis-majelis ta’lim, buku, majalah atau VCD yang di dalamnya jarang atau bahkan tidak membahas Al Qur’an dan Hadits, walaupun isinya kelihatan baik
- Kenali dan pahami ciri-ciri aliran sesat
- Sering bergaul dengan ahlul ‘ilmi, yaitu orang-orang yang memiliki kapasitas ilmu agama yang baik, atau orang-orang yang semangat menuntut ilmu agama
- Jadilah insan yang ilmiah, yang senantiasa melakukan sesuatu atas dasar yang kokoh
- Taruhlah rasa curiga bila menemukan sekelompok orang yang berdakwah Islam namun dengan cara sembunyi-sembunyi dan takut diketahui orang banyak
- Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ulama atau ustadz yang terpercaya ketika menemukan sebuah keganjilan dalam praktek beragama
- Berdoa memohon pertolongan Alloh agar dihindarkan dari kesesatan dan dimantapkan dalam kebenaran. Sebagaimana dicontohkan pula oleh Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam, beliau berdoa: Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik . Artinya: “Ya Alloh, Dzat Yang Membolak-balikan Hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu”. (HR. Muslim)
Terakhir, penulis menasehati diri sendiri
dan kaum muslimin sekalian agar membudayakan sikap saling menasehati
dalam kebaikan. Karena Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasehat”
(HR.Bukhari dan Muslim). Maka tulisan ini adalah bentuk nasehat di
balik sebuah harapan besar agar kaum muslimin sekalian terhindar dari
jalan-jalan kesesatan dan bersatu di jalan kebenaran. Sehingga jika
pembaca menemukan ciri-ciri aliran sesat sebagaimana telah disebutkan,
kewajiban pertama adalah menasehati. Bukan menyesat-nyesatkan,
mencaci-maki, melakukan aksi anarkis apalagi memvonis kafir. Sebab,
terjerumus dalam jalan kesesatan belum tentu kafir. Wabillahittaufiq.
Semoga Alloh Ta’ala senantiasa
menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh
orang-orang yang diberikan nikmat, bukan jalannya orang-orang yang
dimurkai dan orang-orang tersesat.