Powered By Blogger

Kamis, 03 November 2011

Iman Kepada Alloh

Iman kepada Alloh mencakup empat hal: (1) Iman kepada keberadaan Alloh, (2) Iman kepada rububiyah-Nya, (3) Iman kepada uluhiyah-Nya, (4) Iman kepada Nama dan Sifat-Nya.
1. Iman kepada Keberadaan Alloh

Setiap mukmin harus mengimani keberadaan Alloh. Barangsiapa yang mengingkari keberadaan Alloh atau ragu-ragu atas keberadaan-Nya ataupun memiliki kebimbangan walupun sedikit, maka ia bukan lagi seorang mukmin. Tetapi ia adalah seorang mulhid (atheis) dan bukan termasuk orang-orang yang dianugerahi oleh Alloh keimanan dan hidayah. Keimanan seseorang terhadap eksistensi (keberadaan) Alloh haruslah berupa keimanan yang tidak ada keraguan sedikit pun, sebagaimana ia telah meyakini eksistensi dirinya sendiri, bahkan lebih dari itu.
Keberadaan Alloh ini telah diakui oleh fitroh, akal, panca indera, dan ditetapkan pula oleh dalil syar’i.

Akal kita bisa berfikir bahwa tidaklah seluruh makhluk dulu maupun sekarang kecuali pasti ada yang menciptakan. Mustahil mereka menciptakan diri sendiri karena sebelumnya tidak ada, dan yang tidak ada tidak bisa mencipta.
Secara fitroh, manusia telah mengakui adanya Alloh. Sebagaimana terdapat dalam firman Alloh yang artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” [QS. Al-A’rof (7): 172-173].
2. Iman kepada Rububiyah Alloh
Yaitu beriman bahwa Alloh sajalah yang sebagai Robb yaitu mengesakan Alloh dalam penciptaan-Nya, pemilikan-Nya, dan pengaturan-Nya.
Pertama, meyakini bahwa tidak ada pencipta kecuali Alloh. Ayat yang menunjukkan demikian adalah firman Alloh Ta’ala yang artinya, “… .Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. …” [QS. Al-A’rof (7): 54].
Kedua, meyakini bahwa tidak ada yang menguasai mekhluk kecuali pencipta-Nya yaitu Alloh, sebagiamana Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Kepunyaan Alloh-lah kerajaan langit dan bumi, …”

Ketiga, meyakini bahwa tidak ada yang mengatur alam semesta ini kecuali Alloh semata. Sebagaimana Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Alloh.” Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” Maka (Zat yang demikian) itulah Alloh Tuhan kamu yang sebenarnya. …” [QS. Yunus (10): 31-32].
Perlu diketahui

Bentuk keimanan seperti ini – yaitu  keimanan kepada rububiyah Alloh – tidaklah ditentang atau diingkari oleh orang-orang musyrik bahkan mereka mengikrarkan keimanan seperti ini. Mereka tidak meyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan (seperti Syaikh Abdul Qodir Jailani dan para wali) mampu menciptakan atau mengatur alam semesta. Yang mereka yakini sebagai pencipta, pemberi rizki, dan pengatur alam semesta ini hanyalah Alloh semata.
Lihatlah firman Alloh yang artinya, “Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” [QS. Az-Zukhruf (43): 9]. Dan firman Alloh yang artinya, “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Alloh”, … “ [QS. Yunus (10): 31-32].
Orang-orang musyrik dahulu meyakini Alloh-lah pengatur segala sesuatu. Di tangan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Mengenai keyakinan rububiyah ini, tidak ada satu orang pun dari keturunan Adam yang mengingkari, kecuali Fir’aun yang mengatakan, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi” [QS. An Nazi’at (79): 24]. Dan kaum Majusi yang menyatakan di alam ini ada dua pencipta yaitu kegelapan dan cahaya (di mana kegelapan adalah pencipta kejelekan, sedangkan cahaya adalah pencipta kebaikan). Jadi, keimanan seperti ini diikrarkan pula oleh orang musyrik, namun tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Mengapa? Karena mereka harus mengikhlaskan ibadah kepada Alloh semata sebagaimana ditunjukkan dalam keimanan yang berikut.
3. Iman kepada Uluhiyah Alloh

Yaitu meyakini bahwa hanya Alloh saja yang berhak diibadahi. Bentuk keimanan seperti ini adalah dengan mengesakan segala bentuk peribadatan kepada Alloh Ta’ala, seperti berdoa, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Alloh dan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Alloh termasuk kedzaliman yang paling besar di sisi-Nya yang disebut dengan SYIRIK. Dan dalil yang menunjukkan bahwa ibadah hanya boleh ditujukan kepada Alloh semata diantaranya firman Alloh yang artinya, “Dan sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. ….” [QS. An-Nisa (4): 36]
Contoh penyimpangan dalam bentuk keimanan seperti ini diantaranya ketika seseorang mengalami musibah (seperti terlilit hutang) di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Di sana ia meminta kepada wali, dukun, atau penghuni tempat keramat tadi agar bisa dilepaskan dari musibah yang menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya tersebut. Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar (berjanji) untuk beri’tikaf di tempat tersebut jika terlepas dari musibah.
Maka bentuk ibadah yang dilakukan oleh orang ini termasuk kesyirikan (bahkan syirik akbar yang mengeluarkannya dari Islam) karena dia telah memalingkan suatu ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Alloh, dia tujukan kepada Alloh, dia tujukan kepada selain-Nya. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” [QS. Al Mu’minuun (23): 117]
4. Iman kepada Nama dan Sifat Alloh

Yaitu dengan menetapkan nama dan sifat Alloh sebagaimana telah ditetapkan Alloh di dalam Alqur’an atau telah ditetapkan oleh rosul-Nya di dalam As-Sunnah, yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan Alloh, tanpa tahrif (memalingkan makna dari makna yang semestinya), ta’thil (menolak nama atau sifat Alloh), takyif (membagaimanakan) dan tamtsil (menyerupakan dengan makhluk). Alloh berfirman yang artinya, “Hanya milik Alloh asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” [QS. Al A’roof (7): 180).
Misalnya tatkala datang ayat sifat, “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy” [QS. Thohaa (20): 5]. Maka seseorang harus menerimanya dengan menyatakan bahwa Alloh berada di atas ‘Arsy dan tidak menolaknya dengan menyatakan Alloh berada di mana-mana.
Demikianlah para pembaca sekalian, keimanan kita kepada Alloh haruslah memuat seluruh empat hal di atas, tidak hanya satu atau dua saja. Sehingga kita katakan bahwa keyakinan sesorang bahwa Alloh itu ada ataukah Alloh itu satu-satunya pencipta belum cukup untuk dikatakan telah beriman kepada Alloh, namun juga harus meyakini bahwa Alloh adalah satu-satunya yang berhak disembah dan beriman kepada nama dan sifat Alloh. (Sebagian pembahasan di atas dapat dilihat di kitab Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Syaikh Al Utsaimin)
Semoga Alloh menunjuki kita semua kepada aqidah yang benar dan mewafatkan kita dalam keadaan muslim. Hanya kepada Alloh kami mohon pertolongan. Wallohu a’lam bish showab.

Sumber: http://zuhud.wordpress.com/