Powered By Blogger

Sabtu, 30 Juli 2011

Itikaf

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Yang memuliakan orang-orang yang ta’at, Yang mengampuni dosa orang-orang yang bertaubat. Shalawat dan salam atas Imam orang-orang yang bertaqwa dan sebaik-baik ahli ‘ibadah, Muhammad Shallallâhu 'alaihi wasallam, wa ba’du:

Allah telah memuliakan umat ini dan memberikan karunia kepadanya dengan mendatangkan musim-musim yang penuh dengan kebaikan, pahala yang berlipat di dalamnya, yang mampu menyentuh hati serta mendorong manusia berbondong-bondong menyongsongnya untuk melakukan amal yang sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, orang yang hatinya hidup dalam menyongsong panggilan Allah dan memiliki semangat yang tinggi akan berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk mendapatkan keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya; dan ini merupakan bekal yang amat mulia. Allah berfirman: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna.(88) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih “ (89). [Q.s., asy-Syu’araa’:88-89]. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: “dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad”. (H.R.Muslim).

Salah satu dari musim-musim itu adalah bulan Ramadlan yang merupakan bulan penuh rahmat, bulan ‘ibadah dalam rangka mengoleksi pahala.

Dari bulan ini, terdapat suatu malam yang pahalanya lebih dari amal seribu bulan, yaitu Lailatul Qadr. Ia adalah malam yang penuh misteri untuk menggapainya, karena dalam banyak nash yang terkait dengan hal itu, tidak disebutkan secara spesifik kapan terjadinya walaupun di kalangan ulama, seperti Syaikhul Islam Ibn Taimiyah –berdasarkan beberapa dalil- menguatkan malam mulia itu terjadi pada malam ke dua puluh tujuh Ramadlan. Untunglah –atas hikmah Allah- terdapat penegasan bahwa ia ada pada sepuluh hari terakhir (al-Asyrul Awâkhir) dari bulan Ramadlan tersebut, lebih tepatnya lagi di malam-malam ganjil.

Tentunya kemisteriusan ini mengandung hikmah yang banyak sekali, diantaranya agar kaum Muslimin tidak hanya memfokuskan ‘ibadah hanya pada satu hari yang dinyatakan sebagai malam mulia itu sehingga spirit untuk beribadah tetap tinggi, khususnya pada sepuluh hari terakhir tersebut, terlebih lagi di malam-malam ganjilnya yang dipastikan Lailatul Qadr itu akan dapat diraih –atas idzin Allah-.

Dalam pada itu, banyak pula hadits-hadits yang mengungkapkan kriteria malam itu, intinya bahwa suasananya tidak seperti malam-malam biasa.

Bagi banyak kaum Muslimin, khususnya mereka yang memiiliki semangat ibadah yang tinggi guna meraih keridlaan Allah dan pahala berlipat akan selalu menyemarakkan bulan Ramadlan dengan ibadah-ibadah sejak dari datangnya bulan yang berkah ini, khususnya lagi pada sepuluh hari terakhirnya tersebut.

Dan salah satu upaya untuk lebih memfokuskan diri di dalam meraih Lailatul Qadr tersebut dan hampir dapat dipastikan bakal diraih bila diiringi dengan kesungguhan dan niat yang ikhlash adalah dengan cara melakukan i’tikaf.

I’tikaf merupakan ‘madrasah’ keimanan dan pendidikan serta salah satu syi’ar dari petunjuk Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam. Ia merupakan sarana bagi seorang hamba di dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan menyendiri bersama dirinya sendiri, menghabiskan waktunya dari satu ibadah ke ibadah yang lain. Tentunya, ia merupakan sarana yang tepat di dalam menambah keimanan dan berbuat kebajikan. Oleh karena itu, alangkah pantas dan layaknya kita untuk berantusias di dalam meraih kesempatan ini di dalam jalan menuju realisasi peribadahan kita kepada Allah dan penghambaan manusia terhadap Rabb manusia.

Dalam buku ini, penulisnya memaparkan secara panjang lebar tentang masalah I’tikaf dan kiranya –sepanjang yang kami ketahui- merupakan yang terlengkap dalam masalah terkait.

Indikasinya, bahwa tidak hanya dipaparkan pendapat-pendapat madzhab, tetapi juga sisi bahasa dan dalil-dalil dari nash-nash yang akurat plus pengarahan dan penjelasan sisi pendalilannya bila ia berupa nash al-Qur’an dan penilaian terhadap kualitasnya bila ia berupa hadits, baik dari sisi sanad maupun matan. Tidak hanya itu, penulis juga menanggapi dalil-dalil tersebut secara ilmiah, kritis dan objektif sehingga menambah kelengkapannya.

Semoga buku ini dapat bermanfa’at bagi para pembacanya dan menjadi perbendaharaan amal kelak di akhirat bagi penulisnya, amin.

Download ebooknya: Disini