Powered By Blogger

Rabu, 02 November 2011

Beda antara kata “ahad” dan “wahid”

Abu Shalih Al-Lamfunji (TI 2002)
Dalam pembahasan ini, ana banyak mengambil faidah tentang pembahasan ini dari kitab yang sarat faidah karya Al Imam Al hafidz AsSuyuti, rahimahullah berjudul “ Al Itqon fi Ulumil Quran” ana tambahkan dari beberapa referensi bermanfaat lainnya.
Pertama yang perlu ditetapkan adalah keduanya merupakan 2 nama Allah ‘azza wajalla.
Allah berfirman dalam surat Al Ikhlas :
قل هو الله أحد
Katakanlah “Dialah Allah yang maha tunggal (ahad)”( Al Ikhlas , 1)
Dan Ia juga berfirman:
لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
Tidak ada yang tersembunyi di sisi Allah, milik siapakah kerajaan pada hari ini ? milik Al Wahid Al Qohhar (Ghofir : 16)
Lalu apa perbedaan antara ahad dan wahid ?

Bedanya :
1. Ahad bisa dijama’, sedangkan wahid tidak
Jamak ahad adalah ahaduuna أحدون, dan Aahadحد آ
Sedangkan wahid tidak ada jamaknya, tidak dikatakan : wahidun atau yang lainnya.
Pernah kita dengar : syubhat hadits âhad dari HT, tapi tidak pernah kita dengar syubhat hadits wâhidin, Cuma pernah denger aja nama mas wahidin :p
2. Ahad bisa dipakai untuk mufrad dan jama’, contohnya pada
Surat Al Haqqoh:
فما منكم من أحد عنه حاجزين
Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalanginya( Al Haqqah, 47)
3. Ahad mencakup untuk muannats (perempuan) dan mudzakkar (laki-laki)
Oleh sebab itu oleh berfirman:
لستن كأحد من النساء
Dan tidaklah kalian (para istri nabi) seperti wanita-wanita mukminah lainnya (Al Ahzab: 33)
Sementara untuk wahid, harus menggunakan wahidah-واحدة – bila yang dimaksud/disandarkan adalah muannats, misalnya sebagaimana sering kita dengar dalam bagian khutbatul hajah:
ياأيهاالناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة
Wahai manusia, bertaqwalah kalian kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu. (An Nisa’ : 1)
Nafs adalah jenis kata muannats.
Contoh lain, yang terdapat pada ayat favorit para ikhwan…katanya,
وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً
dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim , maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil , maka wahidah (seorang) saja (An Nisa’ : 3)
dan masih banyak contoh lainnya
4. Ahad untuk yang ‘Aqil (berakal) sedangkan wahid bisa untuk yang berakal dan tidak berakal,
Sebagai contoh :
ليس في البيت أحد
Tidak ada seorangpun (ahad) dirumah
Maka ini khusus, yakni untuk orang
Sedangkan bila kita berkata:
ليس في البيت واحد
Tidak ada “wahid”pun di dalam rumah,
Maka maksudnya bisa untuk manusia, ternak, burung dll…
5. Dalam beberapa keadaan, makna ahad lebih sempurna dari pada wahid, contohnya:
فلان لا يقوم له أحد
Fulan, tidak ada yang berdiri untuknya seorangpun,
Maka maknanya adalah tidak ada yang berdiri satu, demikian pula dua, tiga dan seterusnya.
Tetapi bila redaksinya..
فلان لا يقوم له و احد
Artinya, fulan tidak ada yang berdiri untuknya satu,
Maka maknanya bisa ada yang berdiri untuk si fulan dua orang, tiga orang dan seterusnya…
6. Umumnya, ahad digunakan dalam kalimat yang redaksinya berbentuk nafyi (pengingkaran) atau larangan.
Bila kita melihat ayat-ayat dalam Al Quran, bentuk nafynya menggunakan ahad bukan wahid, contohnya:
وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى
Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu ni’mat kepadanya yang harus dibalasnya, Al Lail : 19
أَيَحْسَبُ أَنْ لَمْ يَرَهُ أَحَدٌ
Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
Al Balad (7)
أَيَحْسَبُ أَنْ لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ
Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun (ahad) yang berkuasa atasnya?
Al balad : 5
فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ (25) وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ (26)
Maka pada hari itu tiada seorang(ahad)pun yang menyiksa seperti siksa-Nya (25)
dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya.(26)
Al fajr: 25-26
ولا بصل على أحد منهم مات أبدا
dan janganlah kamu sekali-kali mensholati salah seorang(ahad) yang mati di antara mereka..(At Taubah: 84)
silakan cari ayat-ayat yang lainnya, niscaya yang ketemu adalah ahad bukan wahid.
7. namun ada juga ahad dalam redaksi penetapan (itsbat), dan ini jarang:
contohnya:
قل هو الله أحد
Dalam surat Al Ikhlas,
Berkata fairuz Abadi bahwa ahad dalam surat al ikhlas di atas asalanya adalah wahadun, demikian juga Al imam As suyuti berpendapat seperti ini dalam Al Itqon.
Yakni hamzah pada أحد adalah gantian dari wawu, hal ini banyak terjadi pada kalimat-kalimat yang berawalan wawu, contohnya :
امرأة أناة ووناة
Imroatun Anatun dan wanatun (wanita yang lambat gerakannya)
وإشاح ووشاح،
Isyah dan wisyah (pedang)
bentuk itsbat yang lain..
فابعثوا أحدكم بورقكم هذه إلى المدينة
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini (Al Kahfi: 19)
Itsbat lainnya
Dalam bilangan sebelas, dua puluh satu dan seterusnya
أحد عشر, أحد و عشرون
Ulama mengatakan bahwa ahad bila dalam siyaq itsbat, maka maknanya bisa berarti “ awal” (yang pertama), contohnya pada “yaumul ahad” yakni hari pertama, bukan hari satu. Dan sebagian dari mereka menafsirkan dengan ini, misalnya pada ayat dalam surat yusuf :
أما أحدكما فيسقي ربه خمرا
Adapun yang pertama dari kalian berdua, akan memberi minuman tuannya dengan khamar (Yusuf : 41)
8. Allah tidak menggunakan kata ahad sebagai sifat dalam Al Quran kecuali untuk diri-Nya yakni pada surat Al Ikhlas sementara wahid digunakan untuk mensifati makhluq-Nya
Allah ta’ala berfirman :
وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama(satu)
Ar Ra’du : 4
Sehingga dari sini ulama ada yang berkata bahwa sifat ahad adalah sifat mutlak yang kembali kepadaNya dan tidak boleh pada makhluqNya, tidak boleh dikatakan huwa ahad atau Al malik Al ahad dan seterusnya.
9. Orang-orang lebih suka pake nama Abdul Wahid dari pada Abdul Ahad, setidaknya di negeri ini, pernahkah kita mendapati orang yang namanya Abdul Ahad, atau ahad saja ? Allahu a’lam
Demikian pembahasan ini, semoga dapat memberikan faidah, terutama menumbuhkan kecintaan untuk mempelajari Al Lughoh Al ‘Arobiyah sebagai bahasa yang Ia pilih untuk berbicara dengan makhluqNya dalam kitab-Nya yang mulia.
Wallahu ta’ala A’lam