SILIH BERGANTINYA MUSIM
Musim
merupakan hasil sebuah fakta bahwasanya bumi tidak berputar terhadap
porosnya pada kecepatan yang sama dengan kecepatan yang diperlukan bumi
untuk berevolusi terhadap matahari. Ini, tentu saja, merupakan
perwujudan dari keteraturan yang sempurna yang diciptakan oleh Allah
SWT. Apabila Allah SWT berkehendak, musim dingin dapat saja berlangsung
selama 365 hari dalam setahun, namun dalam kondisi seperti itu, kita
tidak akan menemukan bentuk kehidupan yang lain. Dengan menciptakan
empat musim, Allah SWT menganugerahkan kepada umat manusia berbagai
macam bentuk keberkahan dari-Nya.
Allah SWT telah menciptakan musim sepanjang sejarah manusia, sejak
dahulu hingga sekarang. Dan hingga saat ini Allah SWT masih terus
menciptakannya. Semua orang mengharapkan musim panas setelah musim semi,
dan tak seorangpun ragu atas hal tersebut, dan sudah sepatutnya datang
musim panas setelah musim semi. Namun, jika Allah SWT berkehendak lain,
mungkin saja tidak pernah ada musim panas di bumi. Fakta tersebut
dimaksudkan agar orang-orang yang hidup berdasarkan Al-Qur'an harus
mencerminkan rasa syukur yang mendalam atas keberkahan yang telah Allah
SWT anugerahkan tersebut.
Setiap musim memiliki banyak keberkahannya sendiri-sendiri. Keberkahan
musim panas adalah bunga yang bermekaran, buah-buahan dengan warna yang
segar dan menggiurkan, kehangatan sinar matahari serta keindahan laut.
Allah SWT menganugerahkan rahmat-Nya kepada kita dengan menjamin
keberlangsungan keberkahan yang Allah SWT anugerahkan tersebut. Dalam
salah satu ayat Al-Qur’an, Allah berfirman :
“Sesungguhnya
pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang
berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang
diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya
bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam
binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi orang-orang yang mengerti.” (Al Baqarah (2) : 164)